Kamis, 27 November 2008

Tema: Penurunan Likuiditas dalam Negeri dan Hubungannya dengan Situasi Global

Hasil Kajian Sabtu, 22 November 2008

Melihat dari sejarah perekonomian dan kebijakan Amerika Serikat (selanjutnya akan ditulis AS), sepertinya krisis global yang melandanya kini tak akan meninggalkan pertanyaan kenapa hal tersebut bisa terjadi. Karena semua kronologis sejarah yang akan menjawabnya. Semua terekam di sana, saat kebijakan awal AS yang menetapkan suku bunga yang terlalu rendah.

Case 1

Subprime Mortgage pun dibuat secara besar-besaran, dan permintaannya pun tidak dapat dikatakan sedikit. Masyarakat AS seakan diberi mainan menyenangkan, beli apartemen atau rumah dengan bunga yang sangat rendah, bahkan sampai tak usah memakai anjungan (jaminan).

Case 2

Developer Subprime Mortgage pun merasa berbisnis tanpa risiko. Menganggap bermain aman dengan kepercayaan bahwa rumah merupakan asset yang tak mungkin turun nilainya, membuat mereka kecolongan—menjual assetnya tanpa anjungan.

Case 3

Lehman Brothers yang merupakan perusahan investor paling besar keempat di dunia, berperan bak peminjam nan baik hati. Dia meminjamkan dana dalam jumlah tidak sedikit kepada para peminjam yang hendak membeli subprime mortgage tersebut.

Lehman Brothers juga menanamkan saham di banyak negara dalam jumlah yang tidak sedikit.

2008

Kini, kita sama-sama mengetahui, saat Lehman Brothers bangkrut karena kewajiban yang harus diutamakan perusahaannya jatuh tempo, ialah hutang.

Karena suku bunga yang terlalu rendah di masa lalu, membuat para peminjam meminjam dalam jumlah yang tidak sedikit, konsumsi yang besar, pengangguran sukarela. Semua itu mengakibatkan uang yang beredar terlalu banyak. Jumlah uang yang beredar terlalu banyak jika dibandingkan dengan penawaran barang yang ada mengakibatkan inflasi.

Inflasi ini mendesak pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan menaikkan suku bunganya dengan maksud untuk menge-bank-an dolar yang bertebaran di luar jangakaun regulator uang tersebut.

Sayangnya, suku bunga yang tinggi ini bukannya men-stabilkan kondisi perekonomian AS menjadi lebih baik, malah membuatnya lebih buruk daripada yang dibayangkan.

Apa yang terjadi selanjutnya?

1. Para peminjam yang berpenghasilan tetap kesulitan dalam mengembalikan pinjaman uangnya kepada Lehman Brothers—akhirnya default.

2. Berhubung rumah yang mereka beli secara kredit tidak bisa dilunasi, mereka mengembalikan rumah tersebut kepada developernya.

3. Banyaknya jumlah pengembalian rumah, mengakibatkan turunnya harga rumah.

4. Permintaan terhadap rumah bergeser ke kiri karena menurunnya daya beli masyarakat dan tingginya suku bunga.

5. Jatuh temponya kewajiban hutang yang harus dibayar Lehman Brothers

Kredit macet akibat dari tidak sanggupnya para peminjam membayar kreditnya kepada Lehman Brothers, membuat Lehman Brothers kehilangan tidak sedikit assetnya. Kehilangan asset ini tidak hanya berdampak pada meruginya Lehman Brothers, tapi juga kepanikan mereka karena jatuh temponya hutang yang harus mereka bayar.

Karena keharusan membayar kewajibannya ke banyak pihak, maka Lehman Brothers menarik sahamnya yang tidak sedikit jumlahnya itu dari banyak negara—mengakibatkan jatuhnya indeks saham di beberapa negara.

Namun ternyata, upaya penarikan saham dari berbagai negara untuk menutupi hutangnya tersebut tidak cukup. Karena itu, mengakibatkan Lehman Brothers terpaksa menutup perusahaannya dan menghasilkan banyak pengangguran terpaksa ke rumah masing-masing.

Hal tersebut, cukup mengguncang perekonomian AS. Bagaimana tidak?! Peranan Lehman Brothers dalam pergerakan perekonomian AS sangatlah besar.

Dengan jumlah pengangguran yang dihasilkan Lehman Brothers yang tidak sedikit, mengakibatkan turunnya permintaan di pasar barang. Hal tersebut membuat income perusahaan yang memproduksi menurun—output menurun. Selanjutnya, pengangguran pun bertambah banyak, perusahaan yang menurun outputnya langsung mengambil tindakan mengefisiensi perusahaannya dengan meng-PHK para pekerjanya. Alhasil, jumlah pengangguran meningkat di AS.

Pengangguran yang meningkat, membuat mereka tidak sanggup mengkonsumsi barang impor, alhasil permintaan akan barang impor berkurang—menumbangkan hampir banyak perusahaan eksportir yang bertujuan AS.

Kekurangan dana di negaranya sendiri, AS, membuat para investor menarik semua sahamnya kembali ke tangan dalam upayanya memperbaiki perusahaannya. Alhasil, indeks saham terus menerus turun.

Penurunan daya beli tersebut juga membuat ekspor Indonesia menjadi lebih kecil daripada impor. Hal ini terjadi karena tak adanya permintaan dari luar negeri dan tingkat konsumtif yang tetap sama dari negara kita. Alhasil, dolar yang masuk Indonesia tidak bertambah tapi terus berkurang.

Itulah yang membuat likuiditas valas dalam negeri menurun.

6 komentar:

Vidi Adyatma mengatakan...

bukan anjungan tapi agunan; nama lain dari jaminan

cukup menarik, hanya lengkapi saja dengan data

salma mengatakan...

Hmmm, bagus sih...

Tapi mungkin ini lebih kaya penyebab gitu yah...

Penurunan likuiditasnya kurang dibahas kalo kta gw siy...

Rayenda mengatakan...

hai hai...
Punten pisan kalau rada2 gimana...
tapi kan kritik tujuannya juga untuk membangun...
tolong koreksi kalau gue salah :D

1. Ternyata demand yang dihasilkan di Fannie Mae cs adalah demand yang imajiner. Inilah awal dari semuanya. Bukan karena suku bunga atau proteksi dari the fed. Karena investment banking yang merajai mortgage fund :)

2. Bankrutnya Lehman bukan karena masalah jatuh tempo yg mengakibatkan shortage. tapi lebih kepada CDS yang buat buat Lehman punya Debt hampir sekitra 800 meanwhile asset cuma 600an. CDS apa? tanya ama Rudy :D

3. Hm, bener kata Vidi, menarik dengan statement new jobseeker will create another problem. Tapi maunya ada bukti yang kuat.
Ingat loh... 1.Inflasi bukanlah sebuah momok tapi sekedar fenomena. 2.Pengangguran bukanlah setan tapi indikator pertumbuhan :) Masalahnya bagaimana menacari natural unemployment. Nah! as Tahun 2004 dah ketemu dengan angka 5%. Apakah bankrutnya lehman ada pengaruh dengan natural unemployment?tentu menarik untuk dibahas :)

Selebihnya oke...Cara memandang masalahnya sistematis...Congratz ya..

ier mengatakan...

hwehehehe--- abis lebih keren anjungan ketimbang agunan (pembelaan diri ngasal)...
okeh2...

ho iya ya... ntar lagi bakal lebih fokus ke tema...

hwaaaaaaaaaaa... rayenda keren sekali... sampe aku gak ngerti bacanya... hwehehe... trus post comment nya di kajian berikutnya yaaaa...

makasiiih....

Ayu Agustin mengatakan...

cukup menarik, cuman kalo bisa ditambah gambar biar menarik plus warnanya yang cerah biar ga ngantuk

Ayu Agustin mengatakan...

Pagi..

oh iyaa, ad yang ketinggalan yang ga dibahas ni..
yaitu "resiko keserakahan"
mungkin ini yang ga terlalu dibahas dalam hal manajemen resiko. Tapi faktor ini penting banget ternyata. Faktor keserakahan Lehman Brothers harusnya juga disorot disini..

Lehman brothers dan developer subprime mortgage yang serakah membuat perekonomian dunia mengalami krisis keuangan. Jelas-jelas mereka tahu bahwa masyarakat sasaran mereka tidak mampu melunasi cicilan tsb, tapi tetap ajja developernya hayoo aja menambah penawaran rumah sebanyak kacang goreng, Lehman brothersnya tetep aja minjemin uang sama mereka yang jelas2 ga mampu ngembaliin..
Dan disini juga ada mismathcing antara pembayaran cicilan antara masyarakat dan developernya. Developer menjanjikan akan membayar hutang kepada krediturnya dalam (klo ga salah 5 tahun), tapi masyarakat sendiri mencicil rumah dalam waktu 20 tahun.

Disini faktor manusia menjadi penting. Menjadi manusia yang jujur, bertanggung jawab tampaknya akan menjadi sebuah hal yang wajib bagi para CEO perusahaan.


Salam Luar biasa!!