Created by:
IER RUSWELIE
With the conclusion of edu-fmc discussion on Saturday, 13 Des 2008:
Indeks Saham Asia : Zona Hijau ke Zona Merah (akhir pekan perdalam kerugian)
Naiknya saham Asia beberapa hari yang lalu ternyata memang hanya berlangsung sementara saja. Udara segar seakan dialirkan ke regional ini dengan berbagai pemicu yang terjadi di masing-masing negara di Asia terjadi hanya dalam sekejap.
Desember, bisa jadi merupakan salah satu hal yang menjadikan saham Asia naik. Window dressing jadi menu utama kegiatan para investor di akhir bulan tahun 2008 ini. Pernyataan-pernyataan pembagian dividen dari tiap emiten seakan jadi sesuatu pemicu utama bagi mereka yang memburu dividen.
Tapi bakal kacau jadinya kalau misalkan sang emiten menyatakan pengurangan prediksi profit atau bahkan tidak akan adanya deviden. Bisa-bisa sahamnya langsung terjual banyak tanpa terkendali—nilainya bakal terjun bebas—taking profit besar-besaran bakal terjadi.
Pemicu lainnya adalah harga minyak yang turun. Turunnya minyak membuat biaya produksi turun, secara gak langsung mengakibatkan naiknya daya beli masyarakat walaupun gak begitu signifikan. Tapi seenggaknya itu cukup membuat para investor melirik pasar saham kembali untuk menyimpan uangnya. Keyakinan bahwa para emiten akan bertahan dengan daya beli masyarakat yang membaik sepertinya cukup untuk membuat saham di Asia naik beberapa hari yang lalu.
Buat Indonesia dan beberapa negara mayoritas muslim, mungkin Hari Raya Idul Adha kemarin berdampak ke arah yang sama layaknya seperti efek minyak yang turun. Konsumsi masyarakat meningkat. Meningkatkan GDP negara yang bersangkutan. Seolah memang pertumbuhan ekonomi terlihat sedikit membaik, efeknya mungkin memang baik, tapi apa efeknya akan berlangsung lama?!
Pemicu paling menarik diperbincangkan adalah rencana bailout untuk industri otomotif Amerika. Sentimen positif tersebut cukup membuat para investor tergerak kembali untuk melakukan transaksi beli di pasar modal. Tapi beberapa pihak meragukan hal tersebut. Mereka meragukan bailout tersebut akan disetujui secepat itu.
Tapi mungkin keraguan mereka tersebut bukanlah suatu hal yang meragukan. Terbukti dari apa yang terjadi hari Jumat, 12 Desember kemarin, bursa Asia berubah warna dari zona hijau ke zona merah—rencana bailout otomotif Amerika gagal.
Sialnya, kegagalan rencana bailout ini terjadi di akhir pekan. Ini berarti posisi saham Asia yang berdarah-darah ini akan semakin berdarah di awal pekan nanti.
Di break pertama (12/12/08), IHSG, pada break pertama, ditutup melorot 4,12% atau 52,93 poin menjadi 1.263,764. Penurunan indeks didominasi oleh penurunan sejumlah emiten yang bergerak di sektor otomotif dan komoditas.
Nikkei 226 mengalami kemelorotan juga, turun 6,53% menjadi 8.166,56. Di jepang, penurunan dipicu oleh saham-saham otomotif ternama dunia—Honda Motor Co.
Di China, CSI 300 index ikutan melorot 2,2% setelah pemerintah menyatakan pertumbuhan China akan mengalami perlambatan karena penurunan penjualan terendah dalam sembilan bulan terakhir.
Indeks Kospi tak jauh berbeda, merosot 5,2%, setelah Bank of Korea merilis pernyataan perekonomian akan bergerak lambat dan merupakan yang terparah sejak 11 tahun terakhir.
Kemerosatan tersebut semua, pada umumnya dipicu oleh turunnya nilai saham dari emiten-emiten yang terkait dengan industri otomotif. Contoh saja turunnya nilai saham PT Indo
Tambangraya Megah Tbk yang sama sekali tidak bergerak di industri otomotif, namun mempunyai keterkaitan dengan industri otomotif—harus gigit jari tertarik terjerembam ke kemerosotan nilai saham akhir pekan ini.
Alhasil, masuk keluarnya saham Asia dari dan ke zona merah pun terus menerus berlangsung.