Kamis, 27 November 2008

DESEMBER YANG MENAKUTKAN

Oleh: WS

Pelemahan mata uang garuda, bukan melewati angka psikologis lagi, tetapi sudah mencapai titik leleh. Dimana rupiah semakin melemah terhadap mata uang asing, terutama pada mata uang dollar Amerika, yang sudah menyentuh pada angka Rp 12.400/USD. Kondisi ini tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan kondisi perekonoian di tahun 1998 yang tersandung hingga Rp.16.000/USD. Akan tetapi bukanlah tidak mungkin kita akan kembali ke era 98, meskipun secara fundamental ekonomi Indonesia masih kokoh. Bahkan mata uang garuda diprediksi bakal menyentuh di atas level Rp.15.000/USD di awal desember ini. Perkiraan ini bukanlah tanpa dasar, sebab di penghujung akhir tahun akan terjadi pembayaran utang jangka pendek para taipan Indonesia di tengah ketatnya likuiditas valas.

Penurunan likuiditas valas terutama dollar Amerika, merupakan efek domino terhadap kebangkrutan lembaga keuangan Amerika Serikat, yang memicu terjadinya resesi global, yaitu :

pertama, Kehancuran lembaga keuangan AS, membuat Bush harus melakukan boilout dengan menggelontarkan dana sebesar $ 700 milar, untuk menyelamatkan lembaga keuangan yang kolaps . Akibatnya terjadi penarikan dana besar-besaran (capital flight) pulang kekandang AS dari Indonesia.

Kedua, Terganggunya neraca perdagangan Indonesia, di mana penurunan eksport yang sangat signifikan terutama pada pasar komoditas seperti CPO (crude palm oil) dan batubara, yang merupakan salah satu sumber devisa valas bagi Indonesia, akibatnya devisa Indonesia semakin tergerus dengan ketidak seimbangan antara eksport dengan import.

Ketiga, Spekulasi valas terutama dollar Amerika. Baik dari kalangan pengusaha sampai dengan ibu-ibu di pasar mulai melakukan pembelian dan dollar dengan ekspetasi rupiah bakal melemah terhadap dollar Amerika. Jika saja 1% dari seluruh masyarakat Indonesia yang berjumlah 220 juta jiwa yaitu 2,2 juta jiwa, masing-masing dari mereka mengkonversi rupiah menjadi dollar Amerika sebesar $ 1.000/ orang, maka permintaan dollar Amerika adalah $ 2,2 miliar. Inilah yang membuat dollar semakin perkasa di mata rupiah dan secara tidak sengaja masyarkat Indonesia yang berjumlah 2,2 juta jiwa ini turut gotong-royong menghancurkan value Rupiah terhadap dollar. Analoginya seperti burung garuda yang tadinya tidak mati hanya karena jatuh dari pohon, akhirnya harus menerima kenyataan mati di tangan spekulan yang melindasnya dengan mobil setelah jatuh dari pohon.

Keempat, Tidak adanya pemberlakuan blanket guarantee. Penjaminan dana nasabah oleh pemerintah sebesar Rp 2 miliar sangat membantu untuk menghindari terjadinya rush, sebab 99,96% dana nasbah di bawah Rp 2 miliar. Akan tetapi, 0,04% dana nasabah yang di atas Rp 2 miliar mencapai Rp 600 triliun. Akibatnya kemungkinan besar nasabah 0,04% untuk melakukan konversi rupiah ke dollar AS dan memindahkannya ke negara yang memberlakukan blanket guarantee.

Kelima, Kewajiban pelunasan utang jangka pendek di akhir tahun. Para taipan Indonesia yang mengekspansi usahanya harus melakukan kewajiban pelunasan utang jangka pendeknya dalam bentuk dollar AS di penghujung tahun ini. Pelunasan utang berjangka ini termasuk golongan kelas kakap yaitu mencapai miliaran dollar AS. Akibatnya permintaan dollar yang semakin besar, yang tidak diimbagi supply dollar AS. Inilah kenapa dollar diperkirakan bakal menembus diatas level Rp 15.000/USD di awal bulan desember 2008.

7 komentar:

amanda mengatakan...

kereeeen!!!!! analisisnya mantappps banget deh! :)

Rayenda mengatakan...

Hai hai...
Punten pisan :D
maap kalau nimbrung...
mari kita berdiskusi...
kalau ada yg salah, tolong dikoreksi :D

Statement pertama salah. Karena Bailout fund diambil dari reserve AS

Statement kedua, hayo..coba pikir...kalau Rupiah melemah, yang senang eksportir atau importir? Kalau angka eksportir naik, GDP naik ga? ingat kan Y=C+G+(X-M)?

statemen ketiga, cukup okay. Tapi, ingat selalu supply and demand. kan ga hanya ada demand, selalu ada supply :D

Gue suka banget dengan statement keempat :) plus maunya ada automatic suspension, in case rupiah drop jauh. Kayak Philipine yang pake batas 3%

Kelima bener banget! apalagi perusahaan yang melakukan carrying trade. bisa abis dia!

Eniwei, bagus kok...

ws mengatakan...

thx atas comment nya.

terima kasih rayanda udah mau kasi tau kesalahannya.

mungkin utk statement pertama bener bailout fund diambil dari reserve as, namun yang mau saya tulis adalah terjadinya capital flight karenya adanya dampak psikologis investor asing karena ketidak percayaan investor terhadap efek positif dari bailout, sehingga investor asing menarik semua investasinya dari indonesia, karena ketakutan indonesia bakal mengalami resesi juga nantinya.

ya kalo rupiah melemah eksportir justru senang. tetapi masalahnya adalah bukan hanya permintaan pasar luar negeri menurun tetapi juga nilai nominalnya juga merosot tajam. jadi apa yang mau dijual kepasar? kalo permintaan tak ada. ya otomatis terjadi defisit perdagangan jika tidak bisa mengimbangi import, akibatnya dollar menguat terhadap rupiah.

benar sekali ketika ada demand pasti ada supply. tapi coba perhatikan berapa perbandingan antara demand dengan supply dollar. kita hanya mendapat supply dollar dari bi, itupun juga bi sudah mengintervensi dollar lebih kurang $10 billion, dan devisa sekarng hanya tinggal lebih kurang $50 billion. inilah yang membuat devisa semakin berkurang mau tak mau rupiah pasti melemah terhadap dollar.

mungkin hanya ini yang bisa saya jelaskan, kalo ada yang kurang mohon dimaklumi, soalnya masih cupu! hehe....tlew

ws mengatakan...

sebenarnya saya sangat terkesan & terkagum-kagum dengan hasil analisis Rayenda dari semua komentarnya, mungkin saya harus belajar banyak dari Rayenda.

ya pengetahuan rayenda sangat luas n kayaknya bukan angkatan 2008 Y?

thanks atas komentarnya, keren banget!!!

ws mengatakan...

muka gile!!! gw br ingat Rayenda itu mantan presiden FMC n pendiri FMC. gw pikir yang komentari tulisan kita yang cuma angkatan 2007 & 2008.

salma mengatakan...

hmmm, gw mu comment yg statement keempat...

mnurut gw blanket guarantee untuk personal saving tuh ga perlu2 amat...
knp??
ga bisa qta pungkiri jg klo yg 0,04% tuh pnya dana yg sangat besar yg sayang bgt klo terjadi capital flight...

tapi ada baiknya lihat situasi sekarang...
banyak bank-bank kecil yang kekeringan likuiditas dan menyatakan sangat susah untuk mendapat pinjaman antar bank...

menurut gw, lebih efektif blanket guarantee buat pinjaman antarbank biar bank-bank kecil ga jadi kolaps...

dengan adanya blanket guarantee bwt pinjaman antarbank, bakal mendorong penurunan tingkat bunga pinjaman antarbank...

dampaknya, bank2 yang tinggi likuiditasnnya ga khawatir buat ngasih pinjaman ke bank kecil, dan bank kecil jg bisa dpt pinjaman dengan tingkat bunga lebih rendah...

dan klo menurut gw, uang akan tetap lari ke negara lain, contohnya Singapura jika ternyata return di negara itu lebih menjanjikan, bukan sebatas karena alasan bahwa Singapura menerapkan blanket guarantee...

pemerintah jgn terlalu percaya diri dengan kekuatan fundamental ekonomi kita saat ini, yang salah satu indikatornya adalah cadangan devisa sebesar USD50 miliar, cz dibandingin Singapura dan Malaysia yg menerapkan blanket guarantee, devisa mereka klo ga salah di atas USD100 miliar...

Singapura tuh salah satu pusat keuangan dunia dan sangat terkait dengan sistem keuangan AS, sedangkan Malaysia sangat mengandalkan ekspor, karena PDB Malaysia mayoritas berasal dari ekspor. Jadi, kedua negara ini punya alasan kuat menerapkan blanket guarantee...

jadi, putusan menerapkan blanket guarantee harus dihitung secara matang, bukan sekadar ikut2an euforia di luar negeri..

ini opini gw ajah, jd klo beda ma opini kalian smua, maap2...

trz klo ada yg salah, harap dikoreksi, msh blajar jg, heuheu...

salma mengatakan...

hmmm...
willy, prediksi lu salah tuh..

rupih masih resist di 10.900an, lupa pastinya...

optimis dung will...

kasian merah putih...

hehe, nasionalis niy gw...