Kamis, 27 November 2008

Oleh: Andhika Dwitama

Penurunan likuiditas valas di Indonesia merupakan salah satu efek yg timbul akibat krisis yang terjadi di negeri Paman Sam…

Permasalahan yang kini timbul tidak terlepas dari strategi kebijakan ekonomi Amerika Serikat sendiri.Sekitar tahun 2002-2004,saat kepemimpinan Allan Greenspan tingkat bunga The Fed adalah 1-1,75% sehingga mendorong tumbuh dan berkembangnya sektor properti dan perumahan.Dengan syarat yang mudah,maka seseorang yang tidak memiliki pendapatan dan pekerjaan tetap bisa mendapatkan cicilan untuk properti/perumahan...

Namun,ancaman depresiasi nilai tukar US terhadap mata uang dunia dan tingginya inflasi membuat The Fed tidak mampu mempertahankan tingkat bunga di 1,75% lagi,tapi meningkat hingga 5,5%.Kondisi ini membuat kredit sektor perumahan dari sub prime mortgage banyak yang macet,dan Bank membutuhkan likuiditas yang cukup banyak untuk menutupi kredit tersebut.Dan Investor di sektor ini akhirnya banyak yang menarik dana untuk mendapatkan likuiditas,dalam bentuk dollar Amerika di berbagai fortofolionya,termasuk di Indonesia, baik dalam bentuk saham,dll.Inilah yang akhirnya membawa pasar modal dan pasar uang Indonesia ikut terseret…

Penarikan massal dollar AS untuk kembali ke “negeri Paman Sam” guna memenuhi kebutuhan domestiknya ataupun untuk sekedar jaga-jaga, inilah yang mengakibatkan kekeringan likuiditas valas di berbagai negara termasuk di Indonesia…

Krisis yang terjadi juga mengakibatkan Amerika mengurangi kuota impornya,ini mengakibatkan ekspor Indonesia ke negeri Paman Sam’pun menurun.Apabila ini terus terjadi maka Indonesia akan semakin kekeringan likuiditas valas...

4 komentar:

salma mengatakan...

portofolio nyong, bukan fortofolio...

hmmm, kalimatnya koq kaya ga beraturan yah?? maap maap...

mungkin harusnya lebih dibahas pada akibat atau hubungan penurunan likuiditas valas terhadap situasi global, coz klo dari yg gw baca, ini smua cma penyebabnya doang...

Rayenda mengatakan...

Hai hai...
punten pisan ya...
nimbrung bentar...
koreksi gue kalau salah...

1. Masalah property jauh sebelum 2002. Lebih tepatnya setelah kasus Savings and Loans tahun 1980an. Plus dibentuknya Fannie Mae, Freddie Mac, dkk

2. Investment banking banyak habis ketika CDS. Karena kalau gara2 naiknya interest rate, kayaknya remeh banget.

3.emang valas menyebabkan kurangnya ekspor impor ya? bukannya itu di pasar yang lebih riil.

hm...gitu aja...nuhun

Ayu Agustin mengatakan...

dik..kurang peninjauan lebih lanjut lagi.. kalo boleh saran, likuiditas valasnya dieksplor lagi..

salma mengatakan...

hmmm, bener2...

Banyak bgt investment banking yg invest di derivatif ky CDS, makanya pas kasus subprime ketauan macet, CDS pada jd ga berharga yg nyebabin investment banking pd ga bs jual tuh CDS...

That's why investment bank pd kolaps, gitu kan??

heu, maap klo salah...