Selasa, 16 Desember 2008

Menguatnya Indeks Harga Saham Gabungan, Akankah Kita Sudah Berani Berinvestasi?

13/12/2008

Created by:

DEA

With her analysis:


Indeks Harga SahamGabungan (IHSG) akhirnya menguat. Penguatan bursa regional dan arus deras dana yang masuk ke pasar domestik menopang naiknya indeks saham. Investor pun memburu saham-saham unggulan.

Terdongkraknya IHSG terjadi seiring naiknya bursa Wall Street dalam dua hari berturut-turut, pasca pernyataan Obama yang akan melakukan stimulus fiskal besar-besaran, yaitu dengan memperbanyak proyek pembangunan infrastruktur tahun depan guna mempercepat pemulihan ekonomi AS.

Pelaku pasar semakin optimis setelah rencana bailout (penyelamatan) perusahaan otomotif sekitar US$ 15 miliar mendekati final. Yang akan menarik investor pun melakukan aksi beli besar-besaran di pasar.

Selain itu, kenaikan indeks saham juga dipicu penguatan rupiah terhadap dolar AS hingga ke level 11 ribu, bahkan diperkirakan bisa terus menguat hingga ke level 10 ribu per dolar AS. Hal ini mengindikasikan adanya arus capital inflow ke bursa domestik dan menjadi sentimen positif karena menunjukkan adanya akumulasi beli secara bertahap.

Aksi Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga seiring turunnya inflasi, dan ekspektasi berlanjutnya penurunan BI rate juga merupakan sentimen positif bagi IHSG.

Di sisi lain, harga komoditas dunia baik yang berbasis energi maupun logam pada sesi perdagangan pagi terpantau menguat. Hal ini mendorong menguatnya saham berbasis sumber daya alam (SDA).

Apalagi disusul oleh penguatan di sektor pertambangan, infrastruktur, dan agribisnis yang akan menyebabkan para investor menguber saham-saham unggulan.

Beberapa saham masih menarik untuk dikoleksi adalah yang berbentuk jangka pendek, karena penguatan IHSG ini tidaklah bersifat permanen.

Untuk itu janganlah berinvestasi untuk transaksi jangka panjang, namun melakukan trading jangka pendek. Karena, jika malakukan trading jangka panjang sekitar 6-12 bulan, investor akan terbayangi oleh pertumbuhan ekonomi yang mengkhawatirkan serta resesi di tahun 2009.

Sebaiknya kita berinvestasi di saham yang termasuk kategori yang selalu dikonsumsi oleh orang meskipun kondisi kritis sekalipun, seperti saham PT. Unilever (UNVR)

1 komentar:

Rayenomics mengatakan...

hehehe...
maap maap, setelah gue baca tulisan loe gue jadi ketawa. Sadar ga sadar, loe dah membahas tentang efisiensi pasar. (sadar ga?). Which is actually bahasan untuk anak2 s2 atau s3. Hm, boleh kasih saran?
Cari artikel tentang long term underperformance-nya Ritter, equity risk premium-nya mehra dan ibbotson, dan tentang Efficient Market Hypothesis-nya Fama. Di ssrn.com kalau ga ketemu blg ke gue. Sebenarnya dah terlalu jauh seh loe bahas kalau untuk long-term emang bahaya. Karena emang dasarnya, pasar saham ternyata ga bisa untuk long-term. Nice...
hai hai...
Hm, ringkas...
Begini, ada beberapa pertanyaan yg mungkin bisa direnungkan atau mungkin dijawab :D

Kenapa harus Unilever? apa UNVR likuid ya? affordable? atau kenapa sektor industri FMCG? Atau karena dengan asumsi daya beli naik lalu konsumsi naik? lalu beli barang? atau ada apa neh?