Selasa, 16 Desember 2008

DOWNTREND INDEKS BELUM BERAKHIR

13/12/2008
Created by:

WS
With his analysis:


Sejak pembukaan bursa di hari pertama setelah lebaran, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai menunjukan keperkasaannya, IHSG berada pada posisi 1.316,694 begitu juga terjadi di hampir semua bursa saham di Asia. Akan tetapi, tidak bertahan lama, pada penutupan bursa hari jumat bursa Asia semuanya berdarah dengan IHSG ditutup dengan kemelorotan 4,12% atau 52,93 poin menjadi 1.263,764. Indeks Nikkei 226 mengalami penurunan 6,53% menjadi 8.166,56. CSI 300 Index melorot 2,2%, dan begitu juga Indeks Kospi juga bernasib serupa, dengan kemerosotan 5,2%. Penurunan ini disebabkan penolakan dana talangan (boilout) oleh senat AS kepada tiga kawakan yang terancam di telan bumi yaitu General Motor, Ford Motor & Chrysler, meskipun sudah disetujui oleh DPR AS sebelumnya.

Penguatan IHSG beberapa hari ini didasarkan oleh beberapa penyebab, yaitu:
Pertama, terjadinya capital inflow atau hot money yang kembali mengucur ke kantong Indonesia.
Beberapa sentimen positif yang sebelumnya dihembuskan oleh DPR AS bahwa persetujuan pemberlakuan dana talangan (boilout) kepada ketiga Taipan perusahaan mobil, membuat bursa Asia kembali bergairah karena investor asing sudah mulai mengoleksi bursa-bursa Asia.

Kedua, terjadinya window dressing di kwartal terakhir.
Pemberlakuan window dressing biasanya dilakukan oleh reksadana atau manajer portofolio untuk mendandani portofolio agar lebih menarik sebelum di presentasikan kepada para pemegang saham.

Ketiga, penurunan BI rate 25 basis poin
Penurunan BI rate 25 basis poin, selain sedikit membantu menggerakkan sektor riil, juga makin mempercantik Obligasi. Karena dengan penurunan BI rate akan semakin memperlebar jarak selisih antara angka deposito dengan obligasi, dengan demikian ada kemungkinan investor lebih suka bermain di pasar obligasi dari pada mendiami duit mereka di deposito.

Keempat, adanya kemungkinan spekulan valas mengkonversikan valasnya ke bursa saham
Tidak menutup kemungkinan spekulan valas mulai mengoleksi bursa saham, karena melihat kondisi rupiah cenderung akan berada pada posisi sideway malah bisa mengalami uptrend, maka spekulan cenderung menggunakan jurus kaki seribu sebelum rupiah menguat atau keburu rugi apalagi harga saham sudah berada pada titik yang sangat rendah.

Dengan melihat keadaan pasar sekarang yang sangat rentan & sangat bergantung pada sentimen pasar dan efek psikologis pasar, kemungkinan besar kenaikan IHSG tidak akan bertahan lama, hal ini terjadi karena benteng pertahanan & penguatan IHSG tidak mampu mempertahankan ekspekstasi pasar yang terlalu besar. Bukannya pesimistis tapi lebih melihat kondisi pasar yang realistis seperti sekarang kecenderungan akan downtrend bukanlah hal yang tidak mungkin. Fobia ini muncul secara spontan ketika melihat keadaan ekonomi yang seperti sekarang ini apa mungin indeks bakal uptrend?

Pertama, masih belum ada kepastian bailout AS terhadap tiga kawakan yang hampir tenggelam.
Meskipun pemberian boilout telah distujui oleh DPR AS, namun pemberian boilout ditolak oleh senat AS. Ketidakpastian pemberian dana talangan ini menyebabkan pasar bergerak fluktuatif, ketika ada sentiment positif sedikit saja pasar langsung bullish, begitu juga sebaliknya. Sehingga kenaikan atau penurunan indeks sekarang tidaklah mencerminkan keadaan pasar sebenarnya.

Kedua, ketakutan capital inflow sebagai ajang spekulasi.
Dengan melihat keadaan pasar sekarang ini, bukanlah tidak mungkin capital inflow sekarang ini hanyalah motif yang digunakan sebagai ajang spekulasi, yaitu ketakutan terjadinya hit and run & sebagai ajang profit taking oleh pelaku pasar.

Ketiga, pengaruh window dressing yang tidak kontinuitas.
Window dressing tidaklah terjadi pada setiap saat, tetapi hanya terjadi di waktu tertentu saja. Oleh karena itu ketika terjadinya window dressing indeks berada pada posisi uptrend, setelah itu indeks bakal sideway.

Keempat, penopang IHSG lagi berada pada masa downtrend.
Bagaimana mungkin dengan kondisi ekonomi yang menuju resesi dan sektor riil yang tidak menggairahkan, indeks akan bullish! Penopang utama IHSG berada pada komoditas seperti pertambangan dan energi beserta teman-temannya, yang lagi menghadapi masalah permintaan yang berkurang dan harga yang anjlok gila-gilaan. Hal ini menyebabkan bursa penopang IHSG ini berada pada keadaan bearish dan downtrend, otomatis IHSG juga terseret kedalam jurang penurunan.

10 komentar:

salma mengatakan...

hoooo, willy...
analisisnya keyyeen...
hehe...

yup, kynya siy bakal downtrend, bnyk yg prediksi paling ga downtrend bakal berlangsung sampe akhir 2009...

apalagi 2009 diwarnai dengan politik which is pemilihan presiden, kta gw siy, bakal bnyk yg profit taking sblm pemilu, trz nunggu kpastian sapa yg bakal jd next president...

kynya siy rada susah bwt trading short-term klo 2009, cz klo ga downtrend, sideways...
uptrend paling bakal terjadi klo ada sentimen positif...

heu, nyebelin niy, analisa teknikal pake software ngaco banget kalo indeks di drives oleh ketidak-rasionalan investor...
huff...

Suci Lestari mengatakan...

Tadi gw dgr di Pas gitu ma...
katanya kalo maw masuk pasar jangan sekarang2, cz you know lah window dressing efect, Jadi sekarang2 waktu yang tepat gitu buat jual,heu, tapi bisa aja sih 2009 beberapa sektor ada yg lagi prospek ditengah ketidak pastian pasar, karena menjelang pemilu konsumsi diperkirakan bakal naik, karena ada pemilu itu sendiri,kampanye, dan deflasi yang mungkin terjadi berkenaan dengan turunnya harga BBM yang cukup signifikan,,,
Tapi ada PHK juga ng...tapi menurut gw..pasti sekian puluh ribu org yg di PHK paling buruh pabrik banyaknya,yg dari segi konsumsi,sebelum krisis konsumsi mereka juga cuma cukup bwt kebutuhan sehari-hari ( kata Pak Ivan nih ya)Jadi sekarang kita berharap penurunan harga BBM ini seenggaknya bakal mendongkrak konsumsi kelas menengah...

Duh jadi bingung gw ma...

Suci Lestari mengatakan...

tapi bukannya gw meremehkan konsumsi kelas bawah ya...tapi bwt sekarang kan penting bgt nge drive demand...tapi coment gw gak nyambung ng..sory ya..

Rayenomics mengatakan...

Hm...lumayan lah... Tinggal kasih tau dapat sources darimana. Misalnya, hotmoney, darimana datang dan keluar, plus sumbernya.

Entah kenapa dari semuanya yg masih gue ragu adalah pertukaran dari valas ke saham. Karena sejarah menunjukan, kalau terjadi krisis di hipotek dan valas, maka tidak terjadi inflow ke saham. Namun, jika terjadi krisis di saham dahulu, dana baru lari ke hipotek dan valas. Hongkong tahun 2000, Indonesia 1998, UK tahun 1989dan As tahun 1985 bisa jadi contoh

Oiya, ada yang menarik. Ketika BI rate turun, maksudnya memperlebar jarak selisih dengan obligasi? price? duration? atau apa neh? Yang pasti kalau BI rate turun sudah jelas orang masuk ke saham dan biasanya meninggalkan pasar uang dan obligasi.

@all
hehehe. Tau ga seh kalau analisa teknikal adalah alat analisa yang paling tidak kompeten dalam sejarah pasar keuangan? Mau pasar itu efisien dan tidak efisien, technical is a rubbish! :P

ws mengatakan...

maaf kalo salah.
yang saya maksud adalah selisih bunga yang bakal diterima investor semakin lebar. sebab yang saya tahu obligasi itu sangat rentan terhadap yang namanya suku bunga, jadi kalau suku bunga turun maka kemungkinan besar bunga tabungan/ deposito bakal turun juga, sehingga investor lebih tertarik berinvestasi di obligasi.

Rayenomics mengatakan...

Oh...

1. WS member baru ya? Dah dapat pelatihan tentang obligasi? Hm, tuntut tuh ke Vidi cs. Bagaimana skema yg terjadi secara logis ketika BI rate turun apa saja yg terpengaruh? Arahnya searah atau berlawanan?

Gue ga tau apa ada di wikipedia atau investopedia. Coba cek tentang duration deh. Biar makin strong financial market flavor-nya...semangat! happy searching

ws mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
ws mengatakan...

terima kasih banyak atas masukannya. saya sangat mengharapkan kalau rayendra mau jadi mentor bagi saya, itu juga kalau rayendra tdk keberatan, haha...

sebelumnya saya memang masih member baru & obligasi emang belum dapet, cuman saya baca di buku: cara sehat investasi di pasar modal(sawidji widiatmojo),
disana dijelaskan kalau harga obligasi bergantung dengan yang namanya yield, yield ini bergantung pada suku bunga & dengan menurunnya suku bunga akan menyebabkan harga obligasi meningkat karena nilai suku bunga lebih rendah dari suku bunga obligasi, hal ini menyebabkan investor lebih memilih membeli obligasi daripada investasi di deposito atau tabungan.

mungkin pendekatan yang saya lakukan ini sangat kurang, karena hanya melihat dari satu sisi saja.
hehe... maklum masih cupu!

Rayenomics mengatakan...

Huahuahua...
Loe dah tahun ke berapa WS? (nama asli loe sapa seh?)
Gue kasih tahu sama loe, sampe tahun kedua alias tahun 2003, gue sama sekali ga ngerti transaksi perdagangan saham. Jangankan transaksinya, istilah capital gain aja gue ga ngerti. Tapi niat adalah kuncinya...
Loe liat aja wisnu (alumni, mgt 2003). Wisnu yg gue kenal dulu adalah wisnu MLM. Sekarang? Karena niat dia, dia dah expert di option. Sekarang sejauh mana niat dan usaha loe.
Pas tahun2 awal loe cari, bidang mana yg tertarik sama loe...
Kali aja loe kayak Natalina (dulu director HRD FMC) yg tertarik ama SRO, Rudy (former president FMC( di behavioral finance, trus wisnu sama option atau gue di valuation. Toh semua usaha kita pasti ada hasilnya.
Gue mah ayo2 aja. tapi bukan sebagai mentor. Sebagai orang yg pengen sama2 belajar. Gue kan bisa belajar dari loe juga. Kayak gue belajar banyak dari adit, rudy, wisnu, dsb..
Loe tertarik sama buat index ga? kita buat competitive advantage index yuk!

p.s: gabung dong ke forum kita...

Rayenomics mengatakan...

@suci
hehehe...hati2 sama analis loh...mereka kadang salah...(bahkan hampir selalu selalu). Misalnya, seorang analis inisial P, gue tahu kecupuan dia. tapi trus aja dia yg dipanggil ke tv2. Atau ada analis inisial R. gue tahu banget kalau dia spesialisasinya di derivatif. Tiba2 disuruh jadi equity analyst. Ada juga analis inisial I, jelas2 dia lulusan bidang corporate governance. Kok buat analisa ya?Hm...
intinya mah: waspadalah!
semangat!