Senin, 27 April 2009

POOR THEM

Created by:

Ier Ruswelie

Inflasi terus menanjak, semua orang langsung melirik dompet di sakunya, ‘Apa yang harus saya lakukan dengan uang dalam dompet saya?! Makin hari pastinya uang tersebut bakal tambah gak bernilai.’

Kemudian, apa yang bakal terjadi?! Hal yang wajar jika hampir setiap orang berpikir untuk mengkonsumsi uangnya secepat mungkin sebelum uangnya tersebut tambah gak bernilai. Lalu, yang menjadi concern tulisan saya adalah apa yang bakal terjadi jika suatu ketika BI rate diturunkan tapi yang menjadi masalah adalah bank kesulitan untuk mematuhi peraturan tersebut karena mereka seakan ingin menjerit kalau mereka sedang kekurangan dana dan berusaha sebisa mungkin untuk menghimpun dana sebesar-besarnya supaya mereka masih bisa layak untuk menjalankan bisnis perbankannya.

Well, it’s what we called ‘ironic’. Kenapa?

Saat suatu bank yang kita sebut sebagai perantara antara orang kelebihan duit dan orang yang butuh duit untuk dipinjamnya itu kelabakan gara-gara kekurangan supply dana dari para nasabah yang disebut dana pihak ketiga ini, maka semua pun kelimpungan.

Just... imagine, apa yang terjadi saat BI rate turun?!

Orang-orang jadi tidak terlalu berminat buat saving uangnya di bank, mereka, pastinya bakal lebih memilih pilihan yang lebih menggiurkan (bunga lebih besar), let’s say it bond. Bukti nyata di depan mata, SR-001 langsung sold out dalam beberapa hari karena bunga yang cukup menggiurkan dan pajak yang rendah. Terus, apa yang menjadi masalahnya?

Masalahnya langsung muncul ke permukaan saat jumlah nasabah yang menyimpan uangnya di bank menurun, namun dengan suku bunga yang rendah, membuat para peminjam berdatangan menuju pintu bank untuk meminjam uang. Nyatanya, bank yang meminjamkan uang ini kan dari uang yang disimpan para nasabah, nah... apa jadinya jika RRR (reserve ration requirement) yang ditetapkan pemerintah tidak sesuai dengan simpanan yang tersimpan di bank yang harus dikurangi oleh jumlah uang yang diperlukan oleh para peminjam.

Maka, mereka pun menyebut situasi ini dengan likuiditas yang ketat. Kasarnya sih, si bank mengalami kondisi bimbang—naik salah turun salah.

Lalu, apa yang terjadi dengan keuntungan yang diperoleh oleh si bank tersebut. Tentu bakal menyusut dengan kesulitan seperti ini. Maka, jangan heran jika kini terdapat beberapa bank yang melakukan merger, atau mungkin benar-benar tak dapat kembali meneruskan ‘karier’-nya di kancang perbankan ini. Kalau begini jadinya, boro-boro buat expand, untuk bertahan pun perlu kerja keras yang gak gampang.

Berbeda halnya dengan beberapa bank yang memang telah memiliki banyak nasabah. Katakan saja mereka adalah bank-bank besar semisal Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, BRI. Untuk para nasabahnya, sepertinya mereka tidak usah khawatir akan kehilangan dananya di bank-bank tersebut, karena kemungkinan sangat kecil mereka akan ikutan hengkang seperti bank-bank yang tak sanggup untuk bertahan.

Karena itu, untuk sekarang ini, para jawara inilah yang layak untuk kita, para nasabah, simpani uang kita. Tentunya dengan pertimbangan yang telah kita bahas sebelumnya.

Tidak ada komentar: