Rabu, 22 April 2009

Created by:

SHIELDVIE


Krisis keuangan global yang terjadi menyebabkan kepanikan para nasabah perbankan dalam negeri bertambah dan mereka menilai menyimpan dana di bank sudah tidak aman lagi Likuiditas antar bank di Indonesia menjadi semakin ketat. Kondisi perbankan Indonesia diwarnai oleh perebutan dana pihak ketiga. DPKyang ditarik oleh perbankan paling banyak disedot oleh Bank-Bank BUMN tetapi Bank – Bank BUMN ini juga memiliki non performing loan / NPL yang relatif lebih besar daripada bank swasta atau bank daerah. Selama Januari 2009, NPL bank BUMN meningkat Rp 2,34 triliun. Data Bank Indonesia menyebutkan, posisi nominal NPL kelompok bank BUMN pada akhir Januari 2009 jadi Rp 19,94 triliun. Adapun kelompok bank swasta, kenaikan NPL- nya Rp 1,5 triliun, menjadi Rp 15,8 triliun. Kelompok bank lainnya, seperti Bank Pembangunan Daerah dan bank asing, kenaikan NPL-nya relatif rendah.

Dari data di atas, dapat diambil asumsi awal bahwa dana kita masih lebih aman jika ditaruh di bank- bank swasta yang besar karena disamping bank- bank ini cukup banyak dapat menarik DPK, bank-bank ini juga punya NPL yang lebih rendah daripada bank BUMN. Sedangkan untuk Bank Pembangunan Daerah dan bank asing, walaupun punya NPL yang lebih rendah dari bank swasta namun tidak dapat menarik DPK terlalu banyak. Oleh karena itu, untuk saat sekarang bank swasta lah yang punya likuiditas paling tinggi sehingga cukup aman bagi kita untuk menaruh dana di sana. Namun tentu saja asumsi awal ini harus dibuktikan terlebih dahulu. Kita harus melihat kinerja keuangan dari bank-bank tersebut. Kinerja keuangan bank-bank dapat dilihat dari indikator-indikator keuangan, seperti Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA) dll. CAR perbankan nasional menunjukkan kesiapan perbankan nasional untuk melakukan ekspansi bisnisnya. ROA menunjukkan tingkat keuntungan.

Ditinjau dari NPL-nya, BCA memiliki NPL paling rendah diikuti oleh Bank Lippo, Bank Panin, Bank Danamon, dan BII.

Dari segi DPK, Bank Mandiri berhasil menyedot dana paling banyak disusul oleh BCA, BRI, BNI, dan Bank Danamon. Secara individual, pada Maret 2008 empat bank terbesar di tanah air (Mandiri, BRI, BNI dan BCA) mengalami penurunan DPK yang cukup besar sehingga berdampak signifikan terhadap penurunan DPK perbankan. Penurunan tersebut terjadi di seluruh jenis DPK, baik tabungan, giro dan deposito dengan penurunan tertinggi terjadi pada giro.

CAR perbankan nasional yang di level 19,39% pada April 2008 menunjukkan bahwa perbankan nasional sangat siap untuk melakukan ekspansi bisnisnya walaupun sedikit mengalami penurunan dibanding posisi Maret 2008 yang sebesar 20,52%. Sementara itu untuk periode kuartal I 2008, semua bank papan atas memiliki CAR yang tinggi.

Namun sebagian kecil bank-bank tersebut juga mengalami penurunan rasio seperti dialami oleh Panin, Lippo, BTN dan BII.

Diantara bank-bank besar hanya BRI yang ROA-nya berada pada level sangat tinggi atau diatas 4% sehingga mendapat julukan ”the most profitable bank” ini terbukti dengan pencapaian laba BRI yang sangat mengesankan pada kuartal I tahun ini yang naik sebesar 15% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Di kelompok bank swasta nasional, ada tiga bank yakni Danamon, BCA dan Permata yang nilai ROA-nya juga bagus.

Dalam waktu yang bersamaan secara umum 11 bank papan atas memiliki NIM yang sangat bagus di atas 5%. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis perbankan di Indonesia masih cukup menggiurkan. Kondisi ini menarik minat beberapa investor asing baik dari Singapura, Malaysia maupun negara petro dollar dari Jazirah Arab untuk berinvestasi di sektor perbankan Indonesia. Sama seperti periode sebelumnya, jawara NIM terbesar 11 bank papan atas masih berada di tangan BRI. Posisi kedua dicapai Danamon. Hal ini membuktikan sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan sektor yang cukup menjanjikan untuk mendapat fokus lebih dalam ekspansi perbankan.

Dari data-data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ada 3 alternatif bank yang dapat kita jadikan pilihan untuk menempatkan dana karena dinilai paling aman yaitu: BRI, BCA dan Bank Danamon . BCA dan Bank Danamon memiliki NPL yang relatif rendah sedangkan BRI masih cukup tinggi. Dalam hal DPK, CAR, ROA, dan NIM ketiga bank ini menunjukkan performa yang bagus. Jadi asumsi awal tadi tidaklah salah karena bank swasta yang besar sperti: BCA dan Bank Danamon memang masih relatif aman, hanya asumsi tersebut kurang tepat karena ternyata Bank BUMN seperti: BRI pun masih menunjukkan performa yang bagus. Namun, masih banyak kekurangan yang terdapat dalam tulisan ini terutama data yang didapat hanya sampai April 2008. Hal ini disebabkan karena waktu yang terbatas menjelang UTS (sekedar pembelaan). Oleh karena itu, saran dan kritk sangat diharapkan. Terima kasih atas perhatiannya…

Tidak ada komentar: