Rabu, 22 April 2009

PENGARUH DPK TERHADAP PERBANKAN DI MASA KRISIS

Created by:
WILLY

Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan yaitu sebagai penghubung antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang kekurangan dana (defisit unit), dengan menghimpun dana pihak ketiga yaitu para nasabah atau deposan lalu menyalurkannya kepada para debitur(pengusaha dan pihak yang memerlukan dana segar). Akan tetapi, ketika di pertengahan 2008 krisis menghampiri Amerika, jepang, eropa dan tidak terkecuali juga Indonesia, menyebabkan beberapa perbankan telah tersingkir dari peta persaingan perbankan Indonesia contohnya bank Tripanca, bank century dan indover meskipun beberapa telah diambil alih oleh LPS.

Dalam kondisi seperti ini BI telah mengeluarkan beberapa regulasi yang mengikat perbankan agar bisa beroperasi, beberapa ketentuan perbankan dikatakan sehat dilihat dari:
1. Capital adequacy ratio(CAR) harus melebihi 8%
2. Kualitas asset
3. Manajemen
4. Rentabilitas
bisa dilihat dari ROA, ROE dan NIM,dll.
5. Likuiditas
bisa dilihat dari loan to debt ratio (LDR) tidak lebih dari 5% , proyeksi cash flow, dll.
6. Sensitivitas terhadap risiko pasar.
Sensitivitas bisa diukur dari:
a. modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi
suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat
fluktuasi (adverse movement) suku bunga;
b. modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi
nilai tukar dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat
fluktuasi (adverse movement) nilai tukar; dan
c kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar.

Di kuartal pertama 2009 penurunan inflasi menjadi 7,92% membuat Bank Indonesia Sudah menurunkan BI rate sudah turun menjadi 7,5% dari 9,5% atau sudah menurun 200 basis point dari posisi puncaknya. Akan tetapi, bank-bank masih sulit untuk menurunkan angka kredit, padahal Sertifikat Bank Indonesia sudah menurun dengan bunga yang bertengger di angka sekitar 7,9% untuk tenor satu bulan dan sekitar 8,3% untuk tenor tiga bulan. Kesulitan menurunkan bunga kredit dan deposito disebabkan karena adanya kekeringan likuiditas di pasaran dan ketakutan larinya nasabah-nasabah bank kecil ke bank yang lebih besar.

1 Bulan (IDR/USD) 3 Bulan (IDR/USD) 6 Bulan (IDR/USD) 12 Bulan (IDR/USD)
CITIBANK 5.75/0.15 8.63/0.45 8.75/0.78 6.88/0.93
DEUTSCHE BANK AG. 8.63/0.74 8.63/0.88 9.60/1.50 10.75/2.13
STANDARD CHARTERED 8.00/1.25 8.50/3.00 9.00/1.50 9.00/1.75
HSBC 5.19/0.00 5.63/0.25 6.20/0.54 6.49/0.54
BANK COMMONWEALTH 5.50/0.38 5.00/0.38 4.75/0.38 4.75/0.38
BANK DBS INDONESIA 9.13/1.90 9.63/2.40 7.23/1.07 7.28/1.30
BANK OCBC INDONESIA 9.41/3.33 9.88/4.49 11.29/4.37 8.88/0.00
BANK EKSPOR INDONESIA 9.25/4.88 12.88/4.63 10.38/2.75 9.63/3.38
BANK MANDIRI 6.38/2.75 6.50/2.75 6.75/2.75 7.00/2.75
BNI 46 6.25/2.75 6.25/2.75 6.75/2.75 7.00/2.75
BRI 7.25/2.88 7.25/2.88 7.50/2.88 7.50/2.88
BTN 6.50/2.75 6.50/2.75 6.75/2.75 6.75/2.75
BANK CIMB NIAGA 8.28/3.25 8.63/2.75 8.63/3.38 8.88/3.50
BANK UOB BUANA 0.00/0.00 0.00/0.00 0.00/0.00 5.88/0.60
BANK BUKOPIN 9.25/2.75 9.13/2.75 9.13/2.75 8.88/2.75
BANK BUMIPUTERA 7.88/1.63 8.00/1.63 8.13/1.63 8.25/1.63
BCA 7.13/2.63 7.88/2.63 8.13/2.63 7.88/2.63
BANK DANAMON 9.50/5.05 9.63/5.05 9.63/5.05 10.38/5.05
BII 6.00/1.25 6.00/1.25 6.00/1.25 6.00/1.25
BANK MEGA 6.25/3.50 6.25/3.50 6.25/3.50 6.25/3.50
BANK OCBC NISP 7.63/0.80 6.13/0.60 6.13/0.60 6.13/0.45
BANK PERMATA 8.25/3.25 8.00/2.00 7.13/2.00 8.95/2.00
LIPPOBANK 8.28/2.75 8.63/3.38 8.38/3.50 8.75/3.50
PANIN BANK 9.50/3.13 9.88/3.25 10.00/3.38 10.00/3.50
Suku Bunga seluruh Bank *7.95/0.00 8.08/2.39 8.04/0.00 8.11/0.00
Sumber: www.kontan.go.id

Sebenarnya kekeringan likuiditas di perbankan itu sedikit aneh, sebab jika dilihat dari dana yang terparkir di SBI meningkat sangat signifikan dibandingkan denga tahun kemarin yaitu Pada Agustus 2008, SBI hanya sebesar Rp86, 7 triliun. Perbankan lebih gencar melakukan pengucuran dana untuk kredit daripada ditempatkan pada SBI. Pada Oktober 2008, SBI mulai terangkat dengan capaian sejumlah Rp124, 4 triliuan. Peningkatan tersebut tidak terhenti begitu saja, data BI per 27 Februari 2009 menunjukkan penempatan dana di SBI pada posisi Rp230, 94 triliun. Dilihat dari data tersebut maka saya menyimpulkan bahwa:

1. Bank tidaklah mengalami kesulitan likuiditas
Dengan SBI yang semakin gemuk, mengindikasikan bahwa bank tidaklah mengalami kekeringan likuiditas meskipun ada kemungkinan bahwa bank yang mengalami likuiditas ketat hanyalah bank-bank kecil, sebab tingkat kepercayaan nasabah berada pada bank-bank besar karena adanya efek psikologis nasabah terhadap krisis moneter ’97 ketika perbankan mengalami rush, sehingga bank-bank kecil ini sulit menurunkan tingkat suku bunga karena selain ingin menarik dana pihak ketiga juga menghindari terjadinya rush dan nasabah pindah haluan ke bank-bank besar.

2. NPL yang tinggi di saat krisis menyebabkan LDR perbankan semakin kecil
Di saat kondisi krisis seperti ini bank-bank “enggan” menyalurkan kredit terutama pada perusahaan yang bergerak pada sektor-sektor komoditas( pertambangan, batubara), sektor perkebunan khususnya kelapa sawit(CPO), sektor manufaktur (tekstil) dan juga usaha yang berorientasi pada sektor ekspor-impor yang rentan terhadap krisis. Jadi tidaklah heran jika perbankan sulit menurunkan suku bunga kredit, hal ini untuk menghindari non performing loan(NPL) yang semakin tinggi di masa krisis dengan menurunkan proporsi Loan to debt ratio(LDR).

3. Dana pihak ketiga sebagai sumber profit dan penutup laba operasional
Dengan kondisi krisis seperti sekarang, perbankan sangat takut untuk menyalurkan kredit, sehingga proporsi loan to debt ratio (LDR) menurun drastic, maka tidaklah heran jika laba perbankan terkoreksi cukup dalam, sebab net interest margin(NIM) dan net profit margin(NPM) semakin menipis, dan cara teraman untuk meraup profit tanpa resiko yaitu dengan parkir di SBI meskipun dari segi NIM dan NPM jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan tingkat bunga kredit. Akan tetapi, dengan semakin banyaknya dana yang terparkir di SBI tidak menutup kemungkinan untuk meraup profit dan untuk kondisi sekarang inilah cara paling aman untuk bertahan.

Jadi kelihatan bahwa bakal ada korban selanjutnya yaitu bank-bank kecil yang tidak mampu bertahan akibat dari LDR yang semakin kecil dengan tingkat NPL yang semakin besar dan juga ketidakmampuan menarik dana DPK yang kemungkinan besar bisa menutupi beban operasional dan bahkan menciptakan laba dengan catatan jika bunga deposito tidak lebih besar dari bunga SBI.

Tidak ada komentar: